Pasar Sentral Sepi, DPRD Bulukumba Gelar RDP Bahas Polemik dan Usulan Pansus

3 menit membaca
Avatar photo
Muhammad Ibrahim
Daerah - 17 Jun 2025

Sebaran.ID, Bulukumba — Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bulukumba menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Dinas Perdagangan, perwakilan pedagang Pasar Sentral, dan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bulukumba, Selasa (17/6/2025).

Pertemuan ini membahas sejumlah persoalan yang selama ini dikeluhkan di Pasar Sentral Bulukumba.

RDP yang digelar di ruang Komisi II DPRD ini dipimpin langsung oleh Kaspul BJ dan dihadiri beberapa anggota komisi.

Rapat ini merupakan tindak lanjut dari aksi unjuk rasa yang sebelumnya dilakukan PMII Bulukumba terkait kondisi Pasar Sentral yang dinilai tidak optimal.

Berbagai isu mencuat dalam pertemuan tersebut, di antaranya soal tarif sewa kios, retribusi, masalah air bersih, pengelolaan sampah, hingga keluhan pedagang atas sepinya pengunjung di pasar yang dibangun dengan anggaran besar itu.

Ketua Cabang PMII Bulukumba, Syaibatul Hamdi, menyoroti dua hal pokok, kemegahan bangunan pasar yang tidak berbanding lurus dengan aktivitas ekonomi di dalamnya.

“Kami mendesak DPRD membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menelusuri arah penggunaan anggaran pembangunan Pasar Sentral yang kami nilai janggal. Selain itu, kami usulkan agar pasar-pasar kecil di wilayah kota dipusatkan ke Pasar Sentral agar aktivitas ekonomi lebih terintegrasi,” ujar Syaibatul.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi II DPRD Bulukumba, Kaspul BJ, menyampaikan apresiasi atas kontribusi mahasiswa yang turut menyuarakan keluhan masyarakat.

“Kami berterima kasih kepada adik-adik PMII yang turut menjadi penyambung lidah rakyat. Semoga melalui forum ini kita bisa menemukan solusi konkret, baik berupa kebijakan maupun regulasi yang menguntungkan semua pihak,” jelas Kaspul.

Sementara itu, sejumlah pedagang yang hadir juga menyampaikan keluhan langsung.

Salah satu pedagang mengungkapkan bahwa menjelang hari-hari besar seperti Lebaran pun, omset mereka tetap rendah karena minimnya kunjungan pembeli.

“Pasar lain seperti Cekkeng justru lebih ramai karena jam operasional yang tidak teratur dan adanya aktivitas bongkar muat. Pasar Sentral memang megah, tapi pengunjungnya sepi. Fasilitas seperti air juga sering macet, dan pengelolaan sampah masih kurang. Kami butuh kontainer tetap di sekitar area penjual ikan,” keluhnya.

Ia menyebut, pendapatan harian mereka kadang hanya Rp500 ribu, bahkan bisa nihil dalam sehari.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perdagangan Bulukumba, Alfian Mallihungan, menjelaskan bahwa Pasar Sentral hingga kini belum rampung 100 persen dan masih dalam masa pemeliharaan.

“Secara teknis, pasar ini belum selesai sepenuhnya. Namun karena desakan dari pedagang yang sudah membutuhkan tempat berjualan, kami terpaksa membuka meski masih dalam tahap pemeliharaan,” jelasnya.

Ia juga mengakui bahwa kondisi pasar yang masih sepi menjadi tantangan yang tengah diupayakan solusinya.

“Aktivitas bongkar muat secara bertahap akan kami arahkan ke Pasar Sentral. Penjadwalan ulang jam operasional juga akan kami kaji agar aktivitas pasar lebih efektif,” pungkasnya.***

Bagikan Disalin

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x
CLOSE ADS